Sang Pendobrak ?
Copas FB Wicak Armadeo,
Sang Pendobrak?
Black Mountain College, didirikan pada tahun 1933 di North Carolina USA menjadi satu titik penting dalam sejarah pendidikan di Amerika. Black Mountain College (BMC) didirikan dengan semangat perlawanan terhadap model pendidikan tradisional Amerika saat itu.
BMC mendidik siswanya dengan semangat kebebasan, lintas disiplin, seni, tidak memisahkan antara bekerja dan bermain, serta hubungan egaliter antara guru dan siswa dimana guru dan siswa sama-sama bekerja dalam mengurus kampus (bangunan, administrasi, hingga makan siang).
Meski kini Black Mountain College tak lagi ada, namun jejaknya tertoreh cukup dalam pada sejarah perkembangan seni di Amerika. Puluhan seniman, penulis, pemikir dan penyair ternama dihasilkan oleh College yang bahkan tak pernah terakreditasi serta dijalankan dengan anggaran minim ini.
Black Mountain College adalah salah satu hasil “kreasi yang tak lazim”. Sepanjang sejarah peradaban manusia, berderet kreasi yang tak lazim dengan berbagai rupa: sistem, teknologi, kepemimpinan politik, artefak, hingga pemikiran. Umumnya, kreasi tak lazim ini lahir dari kejenuhan atau kebuntuan.
Namun, ada pula yang dihasilkan oleh seorang jenius yang mampu meneropong masa depan. Beberapa dari kreasi yang tak lazim ini menjadi kontroversi sesaat dan lantas lenyap. Beberapa lainnya, mampu menjadi solusi atas persoalan di masyarakat, dan segelintir diantaranya bahkan mampu menghela arah peradaban.
Pertanyaannya : ada berapa banyak kreasi yang tak lazim di Negeri Indonesia kita tercinta?
Disrupsi Pendidikan
Internet sedang merobohkan tembok-tembok tinggi persekolahan. Belajar semakin tidak membutuhkan formalisme persekolahan. Google sedang menggusur guru jika guru hanya berfokus kepada pengalihan pengetahuan. Era belajar mandiri (otodidak) sedang kembali menjadi arus besar. Segera dicatat bahwa sebelum era persekolahan lahir sekitar 200 tahun silam, masyarakat belajar tidak melalui sistem pendidikan masal melalui persekolahan. Di Indonesia dikenal sistem pondok dengan model belajar sorogan di bawah bimbingan seorang kyai atau empu. Keterampilan diperoleh melalui MAGANG. BELAJAR dan BEKERJA tidak dipisahkan secara tegas. Bahkan, bekerja sejak anak-anak dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Di AS, masyarakat lebih banyak membaca di era Benjamin Franklin daripada pada zaman Clinton, Bush, dan Obama. Persekolahan masif melalui program No Child Left Behind tidak berhasil mengembalikan tingkat literasi ke zaman Ben Franklin.
Memaksakan belajar hanya di sekolah justru mempersempit akses belajar bagi banyak warga belajar, apalagi di daerah terpencil dengan infrastruktur yang jauh dari memadai. Begitu belajar diubah menjadi layanan pendidikan melalui persekolahan, pendidikan menjadi komoditas yang langka by definition. Dalam cetak biru sistem pendidikan nasional (sisdiknas) baru ini, fokusnya adalah perluasan kesempatan belajar (learning opportunities), terutama melalui jejaring belajar yang lentur dan luwes. Sekolah bisa menjadi salah satu SIMPUL dalam JEJARING BELAJAR itu. Simpul-simpul lain yang penting adalah keluarga dan beragam satuan pendidikan masyarakat. Misalnya, klub-klub minat seperti robotik, sanggar kreativitas dan seni, komunitas pecinta tanaman hias, komunitas pecinta mode dan fashion, komunitas pecinta kuliner, komunitas pecinta tanaman obat, komunitas pecinta sains, komunitas pencinta alam, komunitas pecinta aeronautika, perguruan bela diri, komunitas pecinta musik dan sebagainya. Satuan-satuan bisnis di masyarakat juga memberikan kesempatan magang kepada warga belajar. PENDIDIKAN UNTUK SEMUA mensyaratkan PENDIDIKAN OLEH SEMUA.
Diantara simpul-simpul belajar itu, yang paling utama adalah KELUARGA. Keluarga harus diposisikan dan diperkuat sebagai satuan pendidikan yang sah. Teladan karakter orang tua, asupan gizi yang cukup, serta tunjangan ibu hamil dan menyusui akan menjadi pendidikan yang jauh lebih efektif daripada program pendidikan anak usia dini (PAUD), apalagi utak-atik kurikulum. Pembentukan Direktorat Pendidikan Keluarga baru-baru ini oleh Kemendikbud harus diapresiasi walaupun penguatan keluarga harus melibatkan juga banyak sektor lain. Misalnya, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, dan perhubungan. Kesehatan, upah buruh, rumah, dan mobilitas yang layak bagi warga belajar akan memperkuat keluarga.
Sekolah semula diciptakan sebagai instrumen revolusi industri yang menghasilkan produksi masal beserta polusinya. Era industri besar itu kini surut. Kita sedang bergerak menuju era kreatif yang menghargai keragaman, bukan keseragaman. Produksi bakal semakin berskala kecil, berskala rumahan. Produk rumahan tidak akan lagi murahan. Keluarga bakal menjadi satuan yang penting dalam pembangunan. Kita perlu memperkuat itu agar menjadi satuan edukatif sekaligus satuan produktif.
Menghadapi abad XX1 ini, kita harus berani mereformasi sistem pendidikan nasional dari dominasi persekolahan. It takes a village to raise a child. Tripusat pendidikan Ki Hadjar Dewantara perlu kita revitalisasikan. Kita perlu memulai dari setiap keluarga Indonesia di mana pun mereka berada, yang di dalamnya belajar dirayakan dalam kegembiraan penuh cinta.
Magang (Apprentice)
Rasulullah SAW sudah Magang berdagang bersama Pamannya ke Syams (Syiria) sejak usia 11-12 tahun. Karenanya tidak aneh ketika Beliau menikah pada usia 25 tahun, Beliau sudah melakukan setidaknya 80 ekspedisi dagang ke Luar Negeri dan memiliki Business sendiri sejak usia 15-16 tahun.
Pemagangan bersama MAESTRO atau ulama adalah model pendidikan terbaik untuk anak-anak menjelang AqilBaligh antara usia 10-14 tahun, agar mereka ditempa kemandirian dan kemampuan mengemban Kehidupan ketika berusia AqilBaligh yaitu pada usia 15 tahun.
Dalam pemagangan bukan hanya sekedar mendapatkan Skill & Knowledge atau Ilmu semata tetapi juga pendampingan spiritual dan pemberian hikmah serta Adab secara langsung dari para Maestro. Para Maestro ini menjadi MENTOR KEHIDUPAN yang memberi banyak hikmah sekaligus menjadi sosok Orangtua yang menyayangi. Inilah yang disebut mendapatkan adab para ulama sebelum ilmunya.
Pemagangan (Apprentice) inilah yang ditradisikan oleh Peradaban Islam selama ratusan tahun. Anak yang berminat atau berbakat pada bidang tertentu langsung Magang kepada Ahlinya. Maka tidak aneh jika peradaban Islam sampai abad ke 19 ditaburi para pemuda yang sudah punya peran peradaban ketika masih berusia belasan tahun.
Model Pemagangan di dunia modern hari ini dianggap sebagai MODEL TERBAIK yang dijalankan banyak perusahaan Konsultan besar seperti McKinsey, AT Kearney, termasuk perusahaan IT raksasa seperti Apple, Google, Microsoft dan sebagainya. KEHEBATAN tidak bisa diajarkan saja tetapi DITULARKAN.
Bayangkanlah, jika model pemagangan seperti ini dijalankan dengan manajemen yang rapih, melibatkan seluruh pakar di dunia, maka anak-anak Muslim usia pre AqilBaligh 10-14 tahun, akan mendapatkan mentor kehidupan terbaik yang mumpuni. Mereka akan mandiri, beradab dan bersinar dengan karya-karyanya menebar rahmat dan manfaat ketika mereka berusia 15-16 tahun.
KESADARAN dan MOTIVASI terdalam akan muncul pada AKTIVITAS yang RELEVAN dengan BAKAT dan MINAT, pada kelekatan relasi atau empati yang kuat antara mentor dan anak, serta pada alasan yang kuat karena kepemimpinan yang empatik dan otentik dari para Mentor atau Maestro sehingga memiliki misi yang sama.
.